Thursday, February 13, 2014

Tulang Rusuk Adam

Tulang Rusuk Adam

Sebuah pagi yang sempurna, kala sinar mentari mulai menerangi kamar apartemenku dan secangkir kopi yang menghangatkan tubuhku saat itu. Ya, bagiku tidak ada lagi hal yang bisa menghangatkanku dipagi sedingin ini kecuali secangkir kopi. Hanya kesendirian yang selalu datang menghampiriku setiap hari. Aku terlahir sebatang kara, hal aku tahu sampai saat ini, aku harus terus bekerja dan terus bertahan untuk melanjutkan kehidupanku.

Seperti biasa sore itu, sepulang kerja, aku menikmati secangkir kopi di beranda apartemenku.
Ting.. tong.. bunyi bel terdengar, segera ku letakkan cangkir kopiku di meja dan bergegas membuka pintu.
“Sore Stella, maaf mengganggu ketenanganmu sore-sore seperti ini” candanya padaku.
“Ah ternyata  kalian, silahkan masuk. Tidak apa-apa, kalian sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri” balasku ramah.
Yah begitulah keadaanya saat ini, April dan Indra adalah sahabatku sejak aku SMA, jadi mereka sudah aku anggap seperti keluarga. Mereka sering kali berkunjung ke apartemenku untuk menghabiskan waktu bersamaku. Dan terkadang hal itu bisa sedikit mengobati rasa kesepianku.

Sore itu hanya kehangatan yang aku rasakan, perbincangan kami tentang masa-masa di saat kami SMA mengantarku untuk bernostalgia pada masa dimana aku benar-benar berjuang seorang diri. Sampai akhirnya aku bertemu dengan mereka, pasangan gila yang benar-benar ada didunia ini. Ya mereka sudah menjalin hubungan sejak kelas 2 SMA namun tak kunjung menikah sampai saat ini. Hubungan mereka selalu di bumbui cerita-cerita yang mungkin tidak dimiliki oleh pasangan lain. Bagiku ketika mereka berdua bertemu, dunia ini hanya terasa milik mereka berdua.

Belakangan ini aku sering kali menyinggung tentang hubungan mereka. Kenapa mereka tidak menikah, sudah enam tahun mereka menjalin hubungan dan meereka bukan anak kecil lagi.
“Eh kalian kapan nikah ? masih betah aja nih pacaran kaya anak muda.” Candaku padanya.
“Ga tau nih, indra belum siap melamarku, padahal aku juga kepinging” jawab April memojokkan indra.
“Iya masih ada sesuatu yang perlu aku pertimbangkan” balas Indra sedikit bingung.
“Baiklah aku harus meninggalkaan kalian berdua seperti biasa, cepat selesaikan rencana pernikahan kalian hehehe. Pokoknya ketika aku kembali kita akan makan malam, aku akan keluar untuk mencari makan”. Aku mengakhiri pembicaraanku dan segera pergi meninggalkan mereka.

April    : ”Sayang, kamu kapan mau nikahin aku?”
Indra   : “Kamu beneran sudah ga sabar yah Sayang?”
April    : “Iyaialah, apa kamu masih ragu dengan aku ? masih adakah perasaanmu
               terhadap Stella?”
Indra   : “Maksutmu apa sayang?”
April    : “Stella sudah pernah menjelaskannya padaku, dan aku tahu kalian sempat 
               pacaran”
Indra   : “Bukan begitu sayang, aku hanya belum siap bertemu dengan orang tuamu”
April    : “Siapa yang paling kamu cintai didunia ini?”
Indra   : “Jelas kamu sayang”
April    : “Menurut kamu, aku ini siapa ?”
Indra   : “Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat 
              Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa.
              Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita 
              untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.
April    : “Kalau begitu yang perlu kamu lakukan hanya bertemu orang  tuaku sayang, 
               katakan itu padanya dan aku yakin mereka akan menyetujianya”
Indra   : “Baiklah sayang aku akan melakukannya demi kamu, dan masa depan kita”

Hari itu aku meninggalkan mereka cukup lama, aku terlalu tidak kuat mendengar kemesraan mereka didepanku. Aku selalu iri, dan terkadang aku memendam rasa kecemburuanku. Masih sering teringat jelas hangatnya pelukan Indra saat dia masih bersamaku. Dan April, gadis yang merebutnya dariku adalah sahabatku sendiri. Bagiku tak ada waktu untuk terus mempersalahkan hubungan mereka, yang hanya bisa ku lakukan adalah belajar untuk merelakan mereka dan melihat mereka hidup bahagia, bagiku itu saja sudah cukup.

Malam itu ketika aku balik ke apartemenku, aku melihat mereka sedang duduk berdua dengan mesra dan tersenyum menyambut kedatanganku.
“Aku pulang,, waktu nya makan malam” ucapku.
“Stel, lama banget sih kita sudah kelaparan banget nih” sindir April padaku.
“Sudah, untung-untung kita dibawain makanan” sahut Indra.
“Ih kamu kok belain Stella sih, bete” balas April mulai kesal.
“Ah kalian ini bisa gak sih sehari saja tidak ribut, mau makan atau berantem ?” tanyaku sedikit kesal juga.
“Makan…” mereka menjawab pertanyaanku dengan kompak.
Wah benar-benar nikmat makan malam ini. Entah apa yang sudah mereka bicarakan sore itu, yang jelas aku senang bisa melihat mereka tersenyum malam ini.

****
Tiga bulan telah berlalu, siang itu, tepatnya hari minggu , sedikit demi sedikit titik-titik air terus membasahi beranda apartemenku. Kala itu aku mendapat kiriman sebuah paket. Ketika kubuka, aku terkaget. Perlahan, aku tidak dapat menahan air mata ku yang semakin lama semakin mengalir deras dan membasahi pipiku. Paket yang kuterima siang itu adalah, undangan pernikahan April dan Indra. Sungguh benar-benar rasa sedih dan bahagia bercampur jadi satu. Aku senang akhirnya mereka bisa memutuskan untuk menikah, namun disisi lain aku benar-benar kehilangan Indra. Dan hari itu, hujan benar-benar mengerti akan perasaanku.

Hingga tiba saatnya pernikan mereka, dan setelah itu mereka tidak pernah mengunjungiku lagi. Mungkin mereka mengerti akan perasaanku ini. Pernikahan mereka benar-benar sempurna, beberapa kali aku sempat melihat mereka jalan berdua dan mereka terlihat sangat bahagia.

Namun beberapa minggu belakangan ini April sering menginap di apartemenku, dia terlihat sedang bertengkar dengan Indra. Dan aku tidak ingin membela salah satu di antara mereka, aku tidak ingin terlibat dan aku ingin melupakan semua masa lalu ketika itu.

Akupun tidak tahan berada diposisi seperti itu. Dengan berat hati aku menelpon Indra dan menyuruhnya untuk membicarakan masalahnya secara baik-baik. Tapi hari itu yang aku dengar hanyalah pertikaian mereka yang tak kunjung padam.
“Apa yang kamu lakukan disini? Kamu sudah gak cinta lagi sama aku” kata April didepanku.
Indra membenci sikap April yang tidak dewasa, lantas ia membalasnya dengan berteriak..
“Aku menyesal menikahimu, karena kamu bukanlah tulang rusukku”
April hanya bisa terdiam, terlihat jelas sekali matanya sudah berkaca-kaca, sampai akhirnya airmatanya pun membasahi pipinya. Dia masih tidak percaya mendengar kata-kata yang telah diucapkan oleh Indra.
Indra menyesali apa yang telah dia katakan, namun ucapan itu tidak mungkin dapat di tarik kembali. Dengan berlinang air mata April pergi meninggalkan kami berdua, saat itu pula ia mengatakan..
Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.”

****
Tiga tahun telah berlalu, setelah kejadian itu Indra sering mengunjungiku. Indra seringkali menikmati secangkir kopi diberanda apartemenku, mungkin untuk mengenang semua kenangan yang biasa kita lakukan ditempat ini. Aku sadar Indra belum bisa menerima kenyataan untuk  kehilangan April. Disamping itu Indra tahu bahwa April sempat menikah diluar negeri dan bercerai lagi. Namun kesempatan untuk kembali pada Indra sepertinya tidak ada.

Beberapa hari terakhir ini Indra sering mengeluh dadanya sakit. Aku sudah menyuruhnya untuk periksa ke dokter. Namun tetap saja tak kunjung sembuh. Entah dia tak mendengarkan kataku atau memang sakit yang dia derita sudah begitu parah. Sore itu April menelpon, dia berpamitan karena akan kembali ke Amerika, dia kembali untuk mengunjungi keluarganya. Entah apa yang aku fikirkan, saat itu juga aku memberi tahukan kabar itu pada Indra.
“Ndra, saat ini April sedang di bandara, dia akan kembali ke Amerika, jika kamu masih sayang dengannya atau ada yang ingin kamu sampaikan, temuilah dia” Cuma kata itu yang terlintas difikiranku.
Saat itu juga Indra pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

****
Sesampainya di airport, tempat dimana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan. Indra berlaku seolah mereka bertemu secara tidak sengaja. Dan memulai percakapan.
Indra  : “Apa kabar, lama  tidak jumpa yah, April”
April   : “Baik, hmm..apakah kamu sudah menemukan tulang rusukmu yang hilang?”
Indra  : “Belum”
April   : “Aku akan balik ke Amerika dengan penerbangan berikut”
Indra  : “Ya aku tahu itu, telpon aku kalau kamu ada waktu. Kamu masih ingat nomor 
             telpon kita, belum ada yang berubah, ya semuanya tidak ada yang berubah .”
April   : “Selamat tinggal” dengan tersenyum manis April meninggalkannya.
Beberapa jam setelah itu Indra mendengar kabar, pesawat yang di tumpangi April mengalami kecelakaan. Dan dipastikan semua penumpang tewas. Pagi itu, sekali lagi Indra merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena April, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

Terkadang kita lebih sering melampiaskan kemarahan kita pada orang yang paling kita cintai, dan akibatnya sering kali fatal. Kemudian hanya akan ada penyesalan yang akan kalian rasakan. Pengalaman yang dialami oleh sahabatku itu sudah sangat menusuk hatiku. Aku pun tak ingin lagi menjalin hubungan dengan seseorang karena aku takut akan rasa sakit yang akan aku rasakan kelak. Saat itu juga aku dan Indra hidup dengan jalan kami sendiri-sendiri.



No comments:

Post a Comment