Tulang Rusuk Adam
Sebuah pagi yang sempurna, kala sinar mentari mulai menerangi
kamar apartemenku dan secangkir kopi yang menghangatkan tubuhku saat itu. Ya,
bagiku tidak ada lagi hal yang bisa menghangatkanku dipagi sedingin ini kecuali
secangkir kopi. Hanya kesendirian yang selalu datang menghampiriku setiap hari.
Aku terlahir sebatang kara, hal aku tahu sampai saat ini, aku harus terus
bekerja dan terus bertahan untuk melanjutkan kehidupanku.
Seperti biasa sore itu, sepulang kerja, aku menikmati secangkir
kopi di beranda apartemenku.
Ting.. tong.. bunyi bel terdengar, segera ku letakkan cangkir kopiku di meja dan bergegas membuka pintu.
Ting.. tong.. bunyi bel terdengar, segera ku letakkan cangkir kopiku di meja dan bergegas membuka pintu.
“Sore Stella, maaf mengganggu ketenanganmu sore-sore seperti
ini” candanya padaku.
“Ah ternyata kalian,
silahkan masuk. Tidak apa-apa, kalian sudah ku anggap seperti saudaraku
sendiri” balasku ramah.
Yah begitulah keadaanya saat ini, April dan Indra adalah
sahabatku sejak aku SMA, jadi mereka sudah aku anggap seperti keluarga. Mereka
sering kali berkunjung ke apartemenku untuk menghabiskan waktu bersamaku. Dan
terkadang hal itu bisa sedikit mengobati rasa kesepianku.
Sore itu hanya kehangatan yang aku rasakan, perbincangan kami
tentang masa-masa di saat kami SMA mengantarku untuk bernostalgia pada masa
dimana aku benar-benar berjuang seorang diri. Sampai akhirnya aku bertemu
dengan mereka, pasangan gila yang benar-benar ada didunia ini. Ya mereka sudah
menjalin hubungan sejak kelas 2 SMA namun tak kunjung menikah sampai saat ini.
Hubungan mereka selalu di bumbui cerita-cerita yang mungkin tidak dimiliki oleh
pasangan lain. Bagiku ketika mereka berdua bertemu, dunia ini hanya terasa
milik mereka berdua.
Belakangan ini aku sering kali menyinggung tentang hubungan
mereka. Kenapa mereka tidak menikah, sudah enam tahun mereka menjalin hubungan
dan meereka bukan anak kecil lagi.
“Eh kalian kapan nikah ? masih betah aja nih pacaran kaya anak muda.” Candaku padanya.
“Eh kalian kapan nikah ? masih betah aja nih pacaran kaya anak muda.” Candaku padanya.
“Ga tau nih, indra belum siap melamarku, padahal aku juga
kepinging” jawab April memojokkan indra.
“Iya masih ada sesuatu yang perlu aku pertimbangkan” balas
Indra sedikit bingung.
“Baiklah aku harus meninggalkaan kalian berdua seperti biasa,
cepat selesaikan rencana pernikahan kalian hehehe. Pokoknya ketika aku kembali
kita akan makan malam, aku akan keluar untuk mencari makan”. Aku mengakhiri
pembicaraanku dan segera pergi meninggalkan mereka.
April : ”Sayang,
kamu kapan mau nikahin aku?”
Indra : “Kamu beneran
sudah ga sabar yah Sayang?”
April : “Iyaialah,
apa kamu masih ragu dengan aku ? masih adakah perasaanmu
terhadap Stella?”
terhadap Stella?”
Indra : “Maksutmu apa
sayang?”
April : “Stella
sudah pernah menjelaskannya padaku, dan aku tahu kalian sempat
pacaran”
pacaran”
Indra : “Bukan begitu
sayang, aku hanya belum siap bertemu dengan orang tuamu”
April : “Siapa yang
paling kamu cintai didunia ini?”
Indra : “Jelas kamu
sayang”
April : “Menurut
kamu, aku ini siapa ?”
Indra : “Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian.
Saat
Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa.
Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita
untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”
Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa.
Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita
untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”
April : “Kalau
begitu yang perlu kamu lakukan hanya bertemu orang tuaku sayang,
katakan itu padanya dan aku yakin mereka akan menyetujianya”
katakan itu padanya dan aku yakin mereka akan menyetujianya”
Indra : “Baiklah
sayang aku akan melakukannya demi kamu, dan masa depan kita”
Hari itu aku meninggalkan mereka cukup lama, aku terlalu
tidak kuat mendengar kemesraan mereka didepanku. Aku selalu iri, dan terkadang
aku memendam rasa kecemburuanku. Masih sering teringat jelas hangatnya pelukan
Indra saat dia masih bersamaku. Dan April, gadis yang merebutnya dariku adalah
sahabatku sendiri. Bagiku tak ada waktu untuk terus mempersalahkan hubungan
mereka, yang hanya bisa ku lakukan adalah belajar untuk merelakan mereka dan
melihat mereka hidup bahagia, bagiku itu saja sudah cukup.
Malam itu ketika aku balik ke apartemenku, aku melihat mereka
sedang duduk berdua dengan mesra dan tersenyum menyambut kedatanganku.
“Aku pulang,, waktu nya makan malam” ucapku.
“Stel, lama banget sih kita sudah kelaparan banget nih”
sindir April padaku.
“Sudah, untung-untung kita dibawain makanan” sahut Indra.
“Ih kamu kok belain Stella sih, bete” balas April mulai
kesal.
“Ah kalian ini bisa gak sih sehari saja tidak ribut, mau
makan atau berantem ?” tanyaku sedikit kesal juga.
“Makan…” mereka menjawab pertanyaanku dengan kompak.
Wah benar-benar nikmat makan malam ini. Entah apa yang sudah
mereka bicarakan sore itu, yang jelas aku senang bisa melihat mereka tersenyum
malam ini.
****
Tiga bulan telah berlalu, siang itu, tepatnya hari minggu ,
sedikit demi sedikit titik-titik air terus membasahi beranda apartemenku. Kala
itu aku mendapat kiriman sebuah paket. Ketika kubuka, aku terkaget. Perlahan,
aku tidak dapat menahan air mata ku yang semakin lama semakin mengalir deras
dan membasahi pipiku. Paket yang kuterima siang itu adalah, undangan pernikahan
April dan Indra. Sungguh benar-benar rasa sedih dan bahagia bercampur jadi satu.
Aku senang akhirnya mereka bisa memutuskan untuk menikah, namun disisi lain aku
benar-benar kehilangan Indra. Dan hari itu, hujan benar-benar mengerti akan
perasaanku.
Hingga tiba saatnya pernikan mereka, dan setelah itu mereka
tidak pernah mengunjungiku lagi. Mungkin mereka mengerti akan perasaanku ini.
Pernikahan mereka benar-benar sempurna, beberapa kali aku sempat melihat mereka
jalan berdua dan mereka terlihat sangat bahagia.
Namun beberapa minggu belakangan ini April sering menginap di
apartemenku, dia terlihat sedang bertengkar dengan Indra. Dan aku tidak ingin
membela salah satu di antara mereka, aku tidak ingin terlibat dan aku ingin
melupakan semua masa lalu ketika itu.
Akupun tidak tahan berada
diposisi seperti itu. Dengan berat hati aku menelpon Indra dan menyuruhnya
untuk membicarakan masalahnya secara baik-baik. Tapi hari itu yang aku dengar
hanyalah pertikaian mereka yang tak kunjung padam.
“Apa yang kamu lakukan
disini? Kamu sudah gak cinta lagi sama aku” kata April didepanku.
Indra membenci sikap April
yang tidak dewasa, lantas ia membalasnya dengan berteriak..
“Aku menyesal menikahimu,
karena kamu bukanlah tulang rusukku”
April hanya bisa terdiam,
terlihat jelas sekali matanya sudah berkaca-kaca, sampai akhirnya airmatanya
pun membasahi pipinya. Dia masih tidak percaya mendengar kata-kata yang telah
diucapkan oleh Indra.
Indra menyesali apa yang telah dia
katakan, namun ucapan itu tidak mungkin dapat di tarik kembali. Dengan
berlinang air mata April pergi meninggalkan kami berdua, saat itu pula ia
mengatakan..
“Kalau aku
bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari
pasangan sejati masing-masing.”
****
Tiga tahun telah berlalu,
setelah kejadian itu Indra sering mengunjungiku. Indra seringkali menikmati secangkir
kopi diberanda apartemenku, mungkin untuk mengenang semua kenangan yang biasa
kita lakukan ditempat ini. Aku sadar Indra belum bisa menerima kenyataan
untuk kehilangan April. Disamping itu
Indra tahu bahwa April sempat menikah diluar negeri dan bercerai lagi. Namun
kesempatan untuk kembali pada Indra sepertinya tidak ada.
Beberapa hari terakhir ini
Indra sering mengeluh dadanya sakit. Aku sudah menyuruhnya untuk periksa ke
dokter. Namun tetap saja tak kunjung sembuh. Entah dia tak mendengarkan kataku
atau memang sakit yang dia derita sudah begitu parah. Sore itu April menelpon,
dia berpamitan karena akan kembali ke Amerika, dia kembali untuk mengunjungi
keluarganya. Entah apa yang aku fikirkan, saat itu juga aku memberi tahukan
kabar itu pada Indra.
“Ndra, saat ini April sedang di bandara, dia akan kembali ke Amerika, jika kamu masih sayang dengannya atau ada yang ingin kamu sampaikan, temuilah dia” Cuma kata itu yang terlintas difikiranku.
“Ndra, saat ini April sedang di bandara, dia akan kembali ke Amerika, jika kamu masih sayang dengannya atau ada yang ingin kamu sampaikan, temuilah dia” Cuma kata itu yang terlintas difikiranku.
Saat itu juga Indra pergi
tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
****
Sesampainya di airport, tempat
dimana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan. Indra berlaku seolah mereka
bertemu secara tidak sengaja. Dan memulai percakapan.
Indra : “Apa kabar, lama tidak jumpa yah, April”
April : “Baik, hmm..apakah kamu sudah menemukan
tulang rusukmu yang hilang?”
Indra : “Belum”
April : “Aku akan balik ke Amerika dengan
penerbangan berikut”
Indra : “Ya aku tahu itu, telpon aku kalau kamu ada
waktu. Kamu masih ingat nomor
telpon kita, belum ada yang berubah, ya semuanya tidak ada yang berubah .”
telpon kita, belum ada yang berubah, ya semuanya tidak ada yang berubah .”
April : “Selamat tinggal” dengan tersenyum manis
April meninggalkannya.
Beberapa jam setelah itu
Indra mendengar kabar, pesawat yang di tumpangi April mengalami kecelakaan. Dan
dipastikan semua penumpang tewas. Pagi itu, sekali lagi Indra merasakan
sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit
itu adalah karena April, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya
dia patahkan.
Terkadang kita lebih sering
melampiaskan kemarahan kita pada orang yang paling kita cintai, dan akibatnya
sering kali fatal. Kemudian hanya akan ada penyesalan yang akan kalian rasakan.
Pengalaman yang dialami oleh sahabatku itu sudah sangat menusuk hatiku. Aku pun
tak ingin lagi menjalin hubungan dengan seseorang karena aku takut akan rasa sakit
yang akan aku rasakan kelak. Saat itu juga aku dan Indra hidup dengan jalan
kami sendiri-sendiri.
No comments:
Post a Comment