Friday, February 7, 2014

Ayah, Ibu, Kembalilah


Ayah, Ibu, Kembalilah

“Hai namaku Zhepir, saat ini aku sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas di wilayah Ibukota Jakarta, salam kenal yah :) “ itulah kalimat pertama yang aku ucapkan di jejaring sosial untuk mengawali awal tahun baru ini. Dan yang harus kalian ketahui, aku sangat membenci orang tuaku, ya, sebegitu besarnya kebencianku pada mereka, karena hanya ada bisnis di dalam fikiran mereka yang hampir setiap tahun mengharuskan kami berpindah-pindah tempat tinggal karena bisnis yang mereka tekuni. Selain itu sejak kecil aku sudah terbiasa hidup dengan bibi pembantuku. Sosok wanita tangguh ber perawakan tua yang selalu gigih menyiapkan keperluanku sejak aku kecil dan selalu menuruti semua perintah yang beliau terima di rumah ini.

Kalian bayangkan saja jika hidup harus terus berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, sangat melelahkan dan menjengkelkan, sampai kapan ini akan berakhir. Karena ruang lingkup kehidupanku seperti itu, aku menjadi kurang peduli dengan kondisi yang ada disekitarku . Prinsipku, kalo ada orang yang ga suka dengan penampilanku, aku sih Cuma bisa bilang “sorry, aku tampil dengan apa yang pengen aku tampilin, bukan dengan apa yang pengen kamu liat”. Ya simple, dengan kata lain bisa di bilang aku anti sosial.

Dan hal yang hanya bisa kulakukan saat ini adalah menghambur-hamburkan harta orang tuaku dan bersenang-senang. Aku sudah tidak peduli dengan pendidikanku, karena tanpa aku bekerja pun harta orang tuaku tidak akan habis. Selain itu aku benci jika harus di banding-bandingkan dengan anak bibi pembantuku. Ya, anak bibi pembantu yang selalu tinggal bersama kami dan ikut berpindah-pindah. Yang ku tahu tidak ada pembantu yang sesabar dan setabah ibunya, mungkin karena itu orangtuaku selalu mempertahankannya, karena kuyakin tak ada pembantu yang sanggup bertahan di rumah yang seperti medan pertempuran ini.

Tentang anak bibi pembantuku itu, namanya Erisa Vrichika. Terkadang aku tersenyum pahit mengingat nama itu, nama nya yang terlalu indah untuk kenyataan hidupnya yang begitu pahit. Aku benci sekali mendengar nama itu. Karena setiap nama itu disebut  oleh ibuku, yang terlintas adalah kalimat-kalimat yang membandingkanku dengannya. Kalimat itu benar-benar membuatku sakit hati. Aku merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. Oleh karena itu aku sering memperlakukan mereka dengan sesuka hati dan hanya memandangnya dengan sebelah mata.

Disamping itu ayah dan ibu sering sekali bertengkar dirumah. Tiada hari tanpa keributan ketika mereka bertemu. Ayah yang aku dengar suka main perempuan diluar sana. Dan ibu, ya ibuku, selalu bertahan..bukan untuk mempertahanku namun bertahan untuk harta ayahku.Yah begitulah keadaannya sampai saat ini. Sering kali aku berpura-pura sakit dan dirawat dirumah sakit dengan harapan mereka akan bersama-sama menjengukku. Namun apa yang kudapat. Hanya sebuah pesan singkat.
Zhep ayah ada meeting diluar kota, ayah tidak bisa menjenguk. Pilihlah ruangan paling mewah di sana biaya akan ayah urus semuanya
Itulah bunyi pesan yang dikirim oleh ayahku padaku saat itu. Ditambah lagi pesan dari ibuku..
Nak jagalah kesehatanmu, ibumu dan ayah sibuk bekerja belajarlah mandiri
Aku sering kesal dengan perlakuan orang tuaku. Sebenarnya yang aku butuhkan cuma sederhana, aku ingin berkumpul dengan mereka berdua, berlibur, bercanda bersama dan meluangkan waktu mereka untuk keluarga. Itu saja.

Hari ini adalah hari dimana aku masuk disekolah yang baru. Dan Chika pun juga masuk sekolah yang sama denganku. Sama seperti disekolah sebelumnya, kami selalu menjadi sorotan dimana-mana. Chika dengan kepintarannya dan aku ? ya selalu dengan masalah berkelahi dengan siswa lain. Hal yang wajar jika kami menjadi topik pembicaraan yang hangat disekolah tersebut. Ya begitulah agenda keseharianku disetiap sekolah-sekolahku yang baru.

Hingga pada suatu ketika ayah dan ibu bertengkar hebat. Entah apa yang mereka permasalahkan, namun bagiku itu sudah menjadi hal yang biasa di rumah ini. Dan tanpa disangka-sangka mereka memutuskan untuk bercerai. Yah itu juga menjadi hal yang sudah biasa aku dengar. Tapi..mereka benar-benar serius. Dan dua bulan setelah itu  mereka benar-benar bercerai. Saat itu pun aku benar-benar tidak merasakan kesedihan apapun. Karena sejak dulu aku selalu merasakan kesepian.

Saat itu kehidupanku mulai berubah. Sesuatu yang diberikan oleh orang tuaku hanyalah rumah yang aku tempati dan beberapa sisa uang di rekeningku. Mereka tidak punya waktu untuk mengurusiku atau memperjuangkanku, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Saat itu bulan-bulan terakhir menjelang UN. Aku mulai merasakan kekhawatiran akan masa depanku. Tidak ada lagi harta yang berlimpah yang bisa aku banggakan dan aku jadikan alasan utnuk bermalas-malasan.

Seiring perceraian kedua orang tuaku, membuat bibi kehilangan pekerjaan dan membuatku kehilangan semangat utnuk hidup. Berulang kali aku melakukan upaya bunuh diri namun selalu saja dapat digagalkan oleh bibi. Hingga akhirnya untuk saat itu aku tetap memperkerjakan bibi dan menggajinya dengan sisa uang yang ada di tabunganku. Jangankan untuk makan, mengurusi keperluanku saja aku tidak sanggup. Dan dari sinilah kehidupanku perlahan mulai berubah. Aku bertekat untuk memperbaiki kehidupanku.

Untuk beberapa saat aku selalu mempertanyakan kemana suami si bibi selama ini dan kenapa Chika tidak memiliki ayah. Ketika malam itu tepatnya pukul 9 malam, aku melihat Chika sedang sibuk membaca tumpukan buku dihadapannya, dan aku berusaha untuk berbicara dengannya karena aku sadar tidak ada lagi orang yang dapat aku ajak untuk mengobrol.
Ehmm, hay Chika. Lagi ngapain ?” tanyaku .
Baca buku, bisa liat sendiri kan” balasnya dingin, dan membuatku sangat kesal.
Aku sadar perlakuanku selama ini terhadapnya membuat dia seperti itu. Namun aku berusaha untuk terus mengajaknya bicara dan aku ingin memperbaiki ini semua.
Eh cik, dengerin aku dong plis kali ini ajah” kataku sedikit memaksa
Yaudah ngomong ajah, apa susahnya sih ??!! aku bisa denger kali” (tetap focus pada bukunya) lagi-lagi balasannya begitu dingin.
Chik.. kamu mau gak dengerin ceritaku ? kali ini aja, please,,aku kesepian , sekarang aku tidak punya orang tua lagi, cuma kamu dan bibi yang aku punya di rumah ini.” pintaku padanya.
Seketika itu Chika menutup bukunya dan menatap ke wajahku.
Maaf Zhep, aku masih kesal sama kamu. Tapi untuk kali ini aku bakal dengerin cerita kamu. ada apa ? apa yang mau kamu ceritakan ? jangan mencari masalah, ini sudah malam” jawabnya.
Saat itu aku menyadari betul sebenarnya Chika adalah sosok wanita yang baik hati. Dan saat itu kami bercerita panjang lebar sampai tengah malam. Dan rasa penasaran akan keberadaan ayah Chika mendorongku untuk terus bertanya padanya.
Chik maaf ni agak ga sopan, kalo boleh tau ayah kamu dimana ? kok selama ini hanya ibu kamu yg bekerja ?” tanyaku sopan
Chika terdiam, dapat kurasakan air matanya seolah akan keluar dari matanya.
Chik, maafin aku, aku ga ada niat untuk buat kamu…” omonganku di potong olehnya.
Gak papa Zhep, aku sudah biasa. Ayah aku sudah lama pergi meninggalkan ibuku. Dan sejak saat itu ibu hanya bisa menghidupiku dari upahnya bekerja serabutan dan saat ini menjadi pembantu dikeluargamu” wajah chika terlihat sangat sedih.
Lalu tidak adakah niat untuk mencari tau keberadaan ayahmu ?” tanyaku lagi.
Tidak Zhep, tidak. Aku ingin menjalankan amanat dari ibu. Ibu berpesan padaku saat ayah  pergi, dia bilang aku harus belajar yang rajin, cari ilmu setinggi-tingginya biar kelak bisa berguna untuk masa depan. Jangan seperti ibu tak punya apa-apa setelah ayahmu meninggalkan ibu, cuma menjadi pembantu yang ibu bisa” Chika berhenti bicara dan terlihat jelas air matanya  berlinang disekujur pipinya yang sedikit kemerahan.
Sontak aku terdiam, ternyata masih ada orang yang bisa berjuang dibalik ketidak adilan yang ada di kehidupan ini. Kenapa aku bisa berfikiran untuk bunuh diri, sedangkan Chika yang berada diposisi seperti itu dan tidak memiliki apa-apa masih bisa berjuang melawan kerasnya hidup.

Ternyata tangisan Chika malam itu membangunkan bibi dari tidurnya. Dan membuat bibi mendengar semua pecakapan kita. Saat itu juga bibi menghampiri kami.
Tuan, Chika, tidurlah ini sudah malam. Besok kalian harus bangun pagi dan sekolah” ucapnya lembut sekali.
Iya bu Chika akan segera tidur” saat itu pula Chika pergi dan mengakhiri percakapan kami.
Lalu ketika aku hendak pergi meninggalkan mereka, langkahku terhenti,,
Tuan, jangan berbuat bodoh lagi. Bibi mengerti apa yang Tuan rasakan. Jikalau tuan merasakan kesepian, bibi dan Chika bisa menemani tuan. Maaf kalo bibi sendiri sudah menganggap tuan seperti anak bibi sendiri, apapun yang tuan butuhkan katakana saja pada bibi, maaf kalau bibi lancang tuan” kata-kata itu keluar begitu saja dari bibi.
Mendengar itu aku tidak dapat berkata apa-apa lagi. Hanya air mata yang keluar dari kedua bola mataku dan terus membasahi pipiku. Saat itu aku memeluknya dan aku menyadari untuk pertama kalinya aku merasakan hangatnya kasih sayang seorang ibu.

Setelah kejadian malam itu aku memiliki semangat baru untuk meneruskan kehidupanku. Yang ada di fikiranku saat itu hanyalah lulus sekolah dan melanjutkan pendidikanku. Beberapa bulan terakhir aku selalu menghabiskan waktu untuk belajar bersama dengan Chika. Dan hingga akhirnya aku dapat lulus UN dengan nilai yang memuaskan. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas aku berencana untuk meneruskan pendidikan S1 bersama Chika dengan sisa uang tabunganku yang aku rasa cukup. Disamping itu hanya bisa mengirimkan surat kepada orang tuaku..

“ Ayah, ibu, dimana pun kalian saat ini berada aku merindukanmu,
kalian tak perlu khawatir tentang keadaanku saat ini
aku baik-baik saja bersama bibi dan Chika
kalian tak perlu mengirimiku uang lagi,
aku akan bekerja sambil kuliah,
aku tak butuh uang kalian
yang aku butuhkan cuma ayah dan ibu
KEMBALILAH ..

dari anakmu

yg merindukanmu 

4 comments:

  1. Sama banget sama kasus temenku di Surabaya, tp ortunya ga berenti ngasi uang ke dia sih, dia juga tinggal di apartemen, ya gitu uang ga kurang, tp ga dpt kasih sayang

    ReplyDelete
  2. realita kehidupan yang ga bisa di pungkiri de, btw gimana nih jalan ceritanya ? ada masukan ? buat cerita selanjutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagus sih ceritanya. Tp krn alurnya kecepetan jadi kurang complicated. Kalo buat cerita selanjutnya aku ga ada ide sih kak. Ya apa yg ada disekitar kakak juga bisa jd cerita

      Delete
  3. mau bikin read more ga berhasil berhasil, jadinya males bikin cerita panjang-panjang de,,ni masih di usahain blognya mau bikin begituan hehhe

    ReplyDelete