11 Desember Kala Itu
Halo 11 Desember. Kamu adalah tanggal
yang begitu menarik diingatanku, namun belum tentu menarik bagi dirinya. Ini
sudah menjadi agenda rutin. Agenda seperti apa ? Ya, seperti inilah, aku sering
menulis tentangmu berulang-ulang didalam ceritaku. Sebagai pengingat bahwa
dahulu kita pernah berkenalan dan sempat dekat.
De. . . dede! Begitulah caraku
menyapa dirinya. Kulitmu yang putih dan matamu yang sipit adalah potret yang
tidak pernah aku lupakan. Bukanlah suatu penyesalan, tapi sangat disayangkan sekali
jika belakangan ini, kami tidak pernah bertukar kabar, apalagi untuk bertemu.
Beberapa kali aku sempat mencari dirimu di kotamu, merasakan panas yang begitu
terik namun terasa begitu sejuk kala ku mengingat sosok dirimu ketika lebaran
tahun lalu saat aku berkunjung ke Balikpapan – rumahmu sekaligus kota dimana
aku di lahirkan.
Saat ini, kami merasa sangat nyaman
dengan ketidakjelasan seperti ini. Dulu, ya, dulu sekali, ketika itu masih
teringat jelas, kedekatan kita adalah hal yang tidak ingin aku sia-siakan. Lalu
perpisahan kita, yang terjadi tanpa dugaanku sebelumnya, tiba-tiba saja hadir.
Kita yang dulunya bagaikan bumi dan bulan, yang selalu saling berdampingan,
tidak lagi punya alasan untuk berjalan bersama-sama.
De, aku sungguh tidak percaya,
hubungan kita hanya berjalan sangat singkat dan hal tersebut masih begitu
melekat dalam ingatanku. Sampai saat ini pun aku juga tidak paham, mengapa
sosokmu tidak bisa luput dari ingatanku. Masih teringat jelas sekali, tidak ada
kata perpisahan diantara kita. Namun, segalanya yang telah kulakukan bersamamu
memiliki kenangan tersendiri bagiku, entah bagi dirimu.
Masih ingatkah dirimu akan
pertemuan kita? Mungkin, jika dirimu menyempatkan diri untuk membaca, kamu akan
bosan mendengar ceritaku. Pertemuan kita diawali dari sapaan terpendek di
dunia, “De”. Cukup dua huruf, dan itulah awal yang sederhana yang dapat merubah
dihidupku dan hidupmu. Sapaan yang kutujukan padamu berbuah balasan darimu.
Sapaan itu mengantarkan kita pada satu titik, titik dimana aku merasakan posisi
yang paling nyaman saat kita saling berkenalan. Masih teringat jelas hangatnya
senyumanmu kala aku berkunjung kerumahmu untuk merayakan Idul Fitri tahun lalu.
Ingatkah kamu perbincangan kita sepanjang malam saat itu. Mengantarkan aku
untuk bisa mengetahuimu dan kau pun sebaliknya. Meskipun hanya beberapa jam
kita berjumpa, aku sadar kamu berbeda dan aku menyukainya.
Waktu kita berkenalan, kamu masih
SMK. Masih bersama kekasihmu yang dulu, yang sering kali kau ceritakan padaku.
Kamu. . . wanita yang selalu tertidur dan meninggalkanku saat aku mengirimkan
pesan melalui BBM. Wanita aktif yang tidak kenal lelah. Pecinta kucing.
Humoris. Wanita yang tidak pernah mengenal rasa lelah kala berjuang untuk
sesuatu yang ingin kau perjuangkan, tapi entah mengapa kamu tidak
memperjuangkanku ? Apa aku tidak layak untuk diperjuangkan ? sudahlah, lupakan!
Semua sudah lewat dan pertemuan kita harusnya bukan menjadi sesuatu yang harus
kusesali.
Dede, semua sudah berubah, 11
Desember 2013 memang sudah terlewatkan. Aku sudah berubah dan kamu juga sudah
pasti berubah. Kenangan kita, hari-hari kita, segala yang terjadi di antara
kita pasti sudah berubah. Bahkan sosok pria yang bersanding denganmu pun juga
sudah berubah. Aku yakin segalanya pasti berubah. Namun, kenangan tetap sama,
meskipun orang-orang yang mengingatnya tak lagi sama.
Maafkan aku jika aku belum sanggup
melupakanmu serta terus mengingatmu, masih ingin bercerita tentangmu, dan masih
mengingat semua yang terjadi sewaktu kita bersama. Aku tau ini semua salah,
tapi bagiku bercerita tentangmu bukanlah hal yang salah.
Bersemangatlah di jurusan Akuntansi
SMK Negeri 3 Balikpapan.
Astaga, aku melamunkanmu lagi.
Wih ngeri...siapa ini ya ga kenal
ReplyDeleteada di twitter de, cuma orangnya sudah ga ada ilang sendiri..
ReplyDeletewaktunya membuka lembaran baru
kayak pernah tauuu tu dede?? nunudede,,, :3
ReplyDeletelanjutkan lamunanmu nu,,, (y)
kadang penulis bisa curhat dalam ceritanya git. jadi harap maklum aja yah
Deletekeep blogging gita :)